Selasa, 24 Juli 2012

Pasang elektrik fan di mobil jadul

Pasang elektrik fan di mobil jadul


Setelah tragedi mengesalkan dalam perjalanan menuju makan-makan temen dalam rangka wisuda, yaitu mobilku overheat alias kepanasan sampe macet ditengah jalan. Untung berkat kesigapanku bisa langsung minggirin mobil ke tepi jalan. Sambil berlaga nongkrong di pinggir jalan tunggu mesin agak dingin. Saat itu indikator temperatur menunjukkan skala ¾.
Setelah dicek ternyata radiator coolant habis! Parahnya lagi oli mesin juga berkurang banyak sampe kira-kira ½ dari indikator di deep stick. Emang salahku juga, beberapa waktu sebelumnya males banget ngecek cairan radiator dan oli mesin!
Kejadian itu cukup membuatku trauma dan suka parno sendiri kalo ketemu jalanan macet dan panas terik. Apalagi kalo jarum temperatur udah mulai merangkak naik mendekati  ½. FYI, kalo di jalanan lancar jarum indikatorku bisa dibilang cukup rendah di bawah skala 1/8 tapi bisa tiba-tiba merangkak naik kalo jalanan macet sedikit aja. Buat muter-muter di parkiran Amplas Jogja aja biasanya indikator langsung naik signifikan disertai AC mulai panas dan RPM mesin gak stabil naik-turun. Kalo udah kayak gini, super deg-degan banget…!
Demi mencegah kejadian overheat terulang dan hati gak sering-sering was-was lagi langsung memutuskan buat pasang elektric fan.
Kenapa butuh elektric fan?
mobil bermesin membujur
Mobil-mobil jadul terutama yang punya konfigurasi mesin bersilinder membujur, biasanya punya kipas pendingin radiator yang langsung terhubung ke putaran mesin dan putaran kipasnya tergantung dari besarnya RPM. Saat RPM rendah, kipas bakal berputar lambat namun saat RPM tinggi kipas pastinya berputar kencang. Kipas sangat sanggup mendinginkan mesin kala mobil melaju dengan lancar yang tentunya RPM berada di kecepatan menengah ke atas.
Namun menjadi masalah ketika mobil berjalan di kecepatan sangat rendah atau bahkan berhenti total (macet) dalam waktu yang cukup lama, tentunya RPM akan cukup rendah dan kipas juga berputar sangat lambat. Putaran kipas biasanya tak cukup sanggup melayani panasnya suhu mesin yang disalurkan ke radiator pada kondisi ini. Atau ketika mesin harus bekerja keras di RPM tinggi sedangkan kecepatannya cukup rendah, misalnya pada tanjakan. Di saat-saat seperti ini si driver mesti siap-siap meminggirkan mobilnya karena overheat. Saat aku main ke Semarang, di tanjakkan Gombel menuju Tembalang terjadi kemacetan ringan karena kecelakaan lalin, kulihat ada beberapa mobil terkapar di pinggir jalan gara-gara overheat, Kijang Super, Jimny, dan beberapa mobil lain yang cukup berumur. Dan semuanya adalah mobil bermesin membujur yang kipasnya ngikut mesin.
mesin mobil melintang
Hal ini berbeda dengan mobil bermesin melintang, posisi kruk as menyamping terhadap mobil sehingga kipas radiator tak lagi “nyantol” ke kruk as mesin melainkan pakai electric fan (EF). EF bekerja pada suhu tertentu sesuai perintah thermoswitch, sehingga EF akan membuat suhu mesin lebih stabil pada suhu tertentu.
Belakangan ini, EF tak hanya dipakai pada mobil bermesin melintang yang kebanyakan diadopsi sedan
mesin melintang dengan EF Toyota Avanza
berpenggerak roda depan. Namun berbagai MPV ataupun SUV modern bermesin membujurpun ikut mengadopsi EF karena sudah terbukti keunggulannya dalam menjaga suhu ideal mesin bekerja yang rata-rata ada di 82-93 °C (untuk mesin Jimny/Katana). Contoh mobil keluaran muda yang pake EF adalah Avanza.
Keampuhan EF itu yang bikin pengen kucoba pasang EF di Katanaku buat memusnahkan penyakit overheat.
Apa aja yang dibutuhkan?
  1. Elektric Fan (bisa beli baru milik mobil yang dari oroknya udah pake EF, atau beli yang copotan, sesuaikan dengan ukuran radiator, jangan lupa sekalian shroud-nya atau kerudungnya).
    electric fan
  2. Thermoswitch (ini juga bisa comot mobil lain, biasanya di body thermoswitch ada angka 2 digit, ini menunjukkan set point kapan switch menutup loop/rangkaian).
    thermoswitch
  3. Dudukan thermoswitch (bisa bikin dari pipa lalu dipasang di selang, atau bikin lubang dudukan di tutup thermostat, kalo aku pilih opsi pertama).
  4. Relay 12V (cari yang berkualitas).
    relay
  5. Kabel.
  6. Karet lembaran (dipasang antara EF dan radiator agar tak menimbulkan getar).
  7. Dudukan/adaptor electric fan (sesuaikan antara lubang baut di EF dan lubang baut aslinya).
Aku sendiri dapetin kesemua komponen di atas di Tango Motor dalam bentuk paketan. Yang aku dapat, EFnya sendiri copotan dari Singapura dengan dual speed. Tapi karena aku bingung cara memanfaatkan dual speednya, kedua inputan (+) kusambung jadi 1. Jadi EF Cuma berputar pada full speed.
Atau kalau mau, salah 1 input (biasanya yang lebih lambat) dihubungkan ke AC mobil sedangkan input satunya dari thermswitch. Jadi kalo AC nyala, EF nyala pada helf speed, sedangkan saat suhu mesin mencapai set point, EF menjadi full speed. Dengan cara ini, sangat berguna saat macet, AC bakal tetep dingin, apalagi kalo AC juga udah dilengkapi Extra Fan.
Yuk pasang electric fan…!











copot fan asli mobil
Pertama, copot dulu fan asli beserta shroudnya. Cukup mengandalkan kunci pas. Setelah bau-bautnya copot dan kipas beserta shroudnya dipecat secara terhormat dari jabatannya, jangan lupa pasang kembali keempat baut kipas yang asli pada puli. Puli ini masih dibutuhkan untuk memutar pompa radiator.
sesuaikan lubang baut shroud EF dengan bawaan mobil
Langkah kedua mengepaskan dudukan EF di radiator. Menariknya, EF yang kudapatakan lubang-lubang bautnya benar-benar hampir sama dengan lubang baut shroud bawaan mobil. Hanya perlu menggerinda lubang baut di EF sedikit saja, untuk melebarkannya agar pas dengan lubang di radiator. Jadi EF dapat dipasang di mobilku tanpa perlu tambahan braket lagi, sehingga terlihat simple dan rapi seperti fan OEM. Tidak lupa di antara shroud EF dan radiator diselipkan karet untuk mencegah getar.
Selanjutnya mari memasang dudukan thermoswitch. Berikut dudukan thermoswitch yang dipasang di mobilku:
pipa custom dudukan thermoswitch
Caranya dengan memotong slang radiator yang manuju radiator, lalu menyelipkan pipa dudukan thermoswitch di antara slang tersebut. Sebelum thermoswitch dipasang, lebih baik jika terlebih dahulu dioleskan sealer tahan panas untuk menghindari bocor radiator coolant.
Hal keempat yang dilakukan adalah merangkai perkabelan. Berikut skema yang diperlukan:
skema kelistrikan electric fan
Di Katanaku, sistem dihubungkan ke ACC. Jadi fan baru dapat berputar ketika kunci kontak diputar ke posisi ACC. Kabelnya kudapat dari kabel yang menuju karburator, setelah kuteliti ternyata kabel itu nyambung ke ACC.
Tinggal dirangkai komponen-komponen seperti pada gambar. Inget, sekring jangan sampai lupa dipasang untuk pengaman!
Saatnya ngetest…
Test pertama, mobil dalam keadaan idle alias diam di tempat. Dari kondisi mesin benar-benar dingin dibutuhkan waktu kira-kira 10 menit untuk membuat thermoswitch aktif dan menyalakan EF. Dan EF pun hanya menyala selama 35 detik untuk kemudian mati kembali. Jarum indikator suhu yang terlihat ketika EF mulai menyala:
suhu mesin setelah instalasi electric fan
Lanjut tes jalan. Berkeliling kota Jogja di bawah teriknya matahari dengan hembusan AC di kabin, dan sengaja cari-cari yang lalu lintasnya padat cenderung macet. Didapat hasil yang sangat memuaskan, jarum indikator tak bergeming dari posisi seperti gambar di atas. Sekalipun jarum bergeser, itu cuma dikiiiiiitt bangeeet..! kalo dari segi tarikan mesin, ada sih perbedaan tapi dikit banget bikin mesin agak lebih ringan. Tapi sebenernya kalo suhu mesin terjaga di suhu idealnya, secara gak langsung performa mesin bakal terjaga dan tak mudah drop.
Tes lanjutan. Kali ini dibawa ngebut, cobain trek ringroad utara Jogja. Dengan kecepatan antara 60-80 k/h jarum masih diposisi yang sama.
Setelah EF dipasang, sempat juga melakukan perjalanan ke beberapa kota seputaran Jateng sampai sebagian Jatim. Dan kesimpulannya EF yang dipasang di mobilku ini benar-benar handal menjaga suhu mesin stabil di suhu kerjanya.
Buat yang mobilnya masih pakai kipas manual dan merasa trauma atau was-was dengan yang namanya overheat, monggo pasang nih EF!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar