Pasang elektrik fan di mobil jadul
Setelah tragedi mengesalkan dalam perjalanan menuju makan-makan temen
dalam rangka wisuda, yaitu mobilku overheat alias kepanasan sampe macet
ditengah jalan. Untung berkat kesigapanku bisa langsung minggirin mobil
ke tepi jalan. Sambil berlaga nongkrong di pinggir jalan tunggu mesin
agak dingin. Saat itu indikator temperatur menunjukkan skala ¾.
Setelah dicek ternyata radiator coolant habis! Parahnya lagi oli
mesin juga berkurang banyak sampe kira-kira ½ dari indikator di deep
stick. Emang salahku juga, beberapa waktu sebelumnya males banget ngecek
cairan radiator dan oli mesin!
Kejadian itu cukup membuatku trauma dan suka parno sendiri kalo
ketemu jalanan macet dan panas terik. Apalagi kalo jarum temperatur udah
mulai merangkak naik mendekati ½. FYI, kalo di jalanan lancar jarum
indikatorku bisa dibilang cukup rendah di bawah skala
1/
8
tapi bisa tiba-tiba merangkak naik kalo jalanan macet sedikit aja. Buat
muter-muter di parkiran Amplas Jogja aja biasanya indikator langsung
naik signifikan disertai AC mulai panas dan RPM mesin gak stabil
naik-turun. Kalo udah kayak gini, super deg-degan banget…!
Demi mencegah kejadian overheat terulang dan hati gak sering-sering was-was lagi langsung memutuskan buat pasang elektric fan.
Kenapa butuh elektric fan?
mobil bermesin membujur
Mobil-mobil jadul terutama yang punya konfigurasi mesin bersilinder
membujur, biasanya punya kipas pendingin radiator yang langsung
terhubung ke putaran mesin dan putaran kipasnya tergantung dari besarnya
RPM. Saat RPM rendah, kipas bakal berputar lambat namun saat RPM tinggi
kipas pastinya berputar kencang. Kipas sangat sanggup mendinginkan
mesin kala mobil melaju dengan lancar yang tentunya RPM berada di
kecepatan menengah ke atas.
Namun menjadi masalah ketika mobil berjalan di kecepatan sangat
rendah atau bahkan berhenti total (macet) dalam waktu yang cukup lama,
tentunya RPM akan cukup rendah dan kipas juga berputar sangat lambat.
Putaran kipas biasanya tak cukup sanggup melayani panasnya suhu mesin
yang disalurkan ke radiator pada kondisi ini. Atau ketika mesin harus
bekerja keras di RPM tinggi sedangkan kecepatannya cukup rendah,
misalnya pada tanjakan. Di saat-saat seperti ini si driver mesti
siap-siap meminggirkan mobilnya karena overheat. Saat aku main ke
Semarang, di tanjakkan Gombel menuju Tembalang terjadi kemacetan ringan
karena kecelakaan lalin, kulihat ada beberapa mobil terkapar di pinggir
jalan gara-gara overheat, Kijang Super, Jimny, dan beberapa mobil lain
yang cukup berumur. Dan semuanya adalah mobil bermesin membujur yang
kipasnya ngikut mesin.
mesin mobil melintang
Hal ini berbeda dengan mobil bermesin melintang, posisi kruk as
menyamping terhadap mobil sehingga kipas radiator tak lagi “nyantol” ke
kruk as mesin melainkan pakai electric fan (EF). EF bekerja pada suhu
tertentu sesuai perintah thermoswitch, sehingga EF akan membuat suhu
mesin lebih stabil pada suhu tertentu.
Belakangan ini, EF tak hanya dipakai pada mobil bermesin melintang yang kebanyakan diadopsi sedan
mesin melintang dengan EF Toyota Avanza
berpenggerak roda depan. Namun berbagai MPV ataupun SUV modern
bermesin membujurpun ikut mengadopsi EF karena sudah terbukti
keunggulannya dalam menjaga suhu ideal mesin bekerja yang rata-rata ada
di 82-93 °C (untuk mesin Jimny/Katana). Contoh mobil keluaran muda yang
pake EF adalah Avanza.
Keampuhan EF itu yang bikin pengen kucoba pasang EF di Katanaku buat memusnahkan penyakit overheat.
Apa aja yang dibutuhkan?
- Elektric Fan (bisa beli baru milik mobil yang dari oroknya udah pake
EF, atau beli yang copotan, sesuaikan dengan ukuran radiator, jangan
lupa sekalian shroud-nya atau kerudungnya).
electric fan
- Thermoswitch (ini juga bisa comot mobil lain, biasanya di body
thermoswitch ada angka 2 digit, ini menunjukkan set point kapan switch
menutup loop/rangkaian).
thermoswitch
- Dudukan thermoswitch (bisa bikin dari pipa lalu dipasang di selang,
atau bikin lubang dudukan di tutup thermostat, kalo aku pilih opsi
pertama).
- Relay 12V (cari yang berkualitas).
relay
- Kabel.
- Karet lembaran (dipasang antara EF dan radiator agar tak menimbulkan getar).
- Dudukan/adaptor electric fan (sesuaikan antara lubang baut di EF dan lubang baut aslinya).
Aku sendiri dapetin kesemua komponen di atas di
Tango Motor
dalam bentuk paketan. Yang aku dapat, EFnya sendiri copotan dari
Singapura dengan dual speed. Tapi karena aku bingung cara memanfaatkan
dual speednya, kedua inputan (+) kusambung jadi 1. Jadi EF Cuma berputar
pada full speed.
Atau kalau mau, salah 1 input (biasanya yang lebih lambat)
dihubungkan ke AC mobil sedangkan input satunya dari thermswitch. Jadi
kalo AC nyala, EF nyala pada helf speed, sedangkan saat suhu mesin
mencapai set point, EF menjadi full speed. Dengan cara ini, sangat
berguna saat macet, AC bakal tetep dingin, apalagi kalo AC juga udah
dilengkapi Extra Fan.
Yuk pasang electric fan…!
copot fan asli mobil
Pertama, copot dulu fan asli beserta shroudnya. Cukup mengandalkan
kunci pas. Setelah bau-bautnya copot dan kipas beserta shroudnya dipecat
secara terhormat dari jabatannya, jangan lupa pasang kembali keempat
baut kipas yang asli pada puli. Puli ini masih dibutuhkan untuk memutar
pompa radiator.
sesuaikan lubang baut shroud EF dengan bawaan mobil
Langkah kedua mengepaskan dudukan EF di radiator. Menariknya, EF yang
kudapatakan lubang-lubang bautnya benar-benar hampir sama dengan lubang
baut shroud bawaan mobil. Hanya perlu menggerinda lubang baut di EF
sedikit saja, untuk melebarkannya agar pas dengan lubang di radiator.
Jadi EF dapat dipasang di mobilku tanpa perlu tambahan braket lagi,
sehingga terlihat simple dan rapi seperti fan OEM. Tidak lupa di antara
shroud EF dan radiator diselipkan karet untuk mencegah getar.
Selanjutnya mari memasang dudukan thermoswitch. Berikut dudukan thermoswitch yang dipasang di mobilku:
pipa custom dudukan thermoswitch
Caranya dengan memotong slang radiator yang manuju radiator, lalu
menyelipkan pipa dudukan thermoswitch di antara slang tersebut. Sebelum
thermoswitch dipasang, lebih baik jika terlebih dahulu dioleskan sealer
tahan panas untuk menghindari bocor radiator coolant.
Hal keempat yang dilakukan adalah merangkai perkabelan. Berikut skema yang diperlukan:
skema kelistrikan electric fan
Di Katanaku, sistem dihubungkan ke ACC. Jadi fan baru dapat berputar
ketika kunci kontak diputar ke posisi ACC. Kabelnya kudapat dari kabel
yang menuju karburator, setelah kuteliti ternyata kabel itu nyambung ke
ACC.
Tinggal dirangkai komponen-komponen seperti pada gambar. Inget, sekring jangan sampai lupa dipasang untuk pengaman!
Saatnya ngetest…
Test pertama, mobil dalam keadaan idle alias diam di tempat. Dari
kondisi mesin benar-benar dingin dibutuhkan waktu kira-kira 10 menit
untuk membuat thermoswitch aktif dan menyalakan EF. Dan EF pun hanya
menyala selama 35 detik untuk kemudian mati kembali. Jarum indikator
suhu yang terlihat ketika EF mulai menyala:
suhu mesin setelah instalasi electric fan
Lanjut tes jalan. Berkeliling kota Jogja di bawah teriknya matahari
dengan hembusan AC di kabin, dan sengaja cari-cari yang lalu lintasnya
padat cenderung macet. Didapat hasil yang sangat memuaskan, jarum
indikator tak bergeming dari posisi seperti gambar di atas. Sekalipun
jarum bergeser, itu cuma dikiiiiiitt bangeeet..! kalo dari segi tarikan
mesin, ada sih perbedaan tapi dikit banget bikin mesin agak lebih
ringan. Tapi sebenernya kalo suhu mesin terjaga di suhu idealnya, secara
gak langsung performa mesin bakal terjaga dan tak mudah drop.
Tes lanjutan. Kali ini dibawa ngebut, cobain trek ringroad utara
Jogja. Dengan kecepatan antara 60-80 k/h jarum masih diposisi yang sama.
Setelah EF dipasang, sempat juga melakukan perjalanan ke beberapa
kota seputaran Jateng sampai sebagian Jatim. Dan kesimpulannya EF yang
dipasang di mobilku ini benar-benar handal menjaga suhu mesin stabil di
suhu kerjanya.
Buat yang mobilnya masih pakai kipas manual dan merasa trauma atau was-was dengan yang namanya overheat, monggo pasang nih EF!